Agama Hindu Bukan Sekedar Keyakinan atau Kepercayaan

Umat Hindu mana yang di Indonesia yang tidak kenal dengan istilah "Panca Sradha"? Panca Sradha artinya lima keyakinan umat Hindu. Brahman — Widhi Tattwa, keyakinan terhadap Tuhan Atman — Atma Tattwa, keyakinan terhadap Atman Karmaphala — Karmaphala Tattwa, keyakinan pada Karmaphala (hukum sebab-akibat). Samsara — Keyakinan pada kelahiran kembali Moksha — Keyakinan akan bersatunya Atman dengan Brahman. Memang dalam Bhagavad Gita sendiri disebutkan banyak mengenai 'keyakinan' terhadap Tuhan. Namun apakah benar Hindu itu hanya sebuah keyakinan semata. Dilihat dari nama asli agama Hindu, yaitu Sanatana Dharma, kita mendapat sebuah istilah yaitu dharma yang berarti kebenaran. Tahukah Anda apa perbedaan antara keyakinan dan kebenaran? Di sini juga kita mendapat dua istilah teologis atau yang berkaitan dengan Tuhan yaitu dogma dan dharma. Dogma artinya adalah suatu ajaran yang harus diyakini tanpa boleh diragukan atau dipertanyakan. Hal ini sangat melekat pada jiwa orang-orang yang memeluk agama abrahamik. Itulah yang membuat mereka tidak mudah berpindah agama karena saking yakinnya. Dharma artinya adalah kebenaran. 1+1=2. Percaya tidak percaya, yakin tidak yakin, ragu tidak ragu, 1 tambah 1 tetap sama dengan 2. Jadi, yang namanya kebenaran, jika tidak dipercayai, tidak diyakini, diragukan atau dipertanyakan ia tetaplah kebenaran yang tidak bisa diganggu gugat. Nah, kenapa Veda menyebut ajarannya dengan nama Sanatana Dharma atau kebenaran abadi? Apakah memang benar ajaran Veda itu merupakan kebenaran? Kita mengenal salah satu ajaran kita yaitu Tri Kerangka Dasar Agama Hindu. Tatwa: filsafat Susila: etika (berbuat baik) Upakara: upacara agama Nah, filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philo dan sophia. Philo artinya cinta dan sophia artinya kebijaksanaan. Filsafat artinya cinta kebijaksanaan. Seorang yang bijaksana akan selalu berpikir secara radikal. Artinya berpikir sampai ke akar-akarnya. Jika seseorang berkata fitnah pada orang yang bijaksana, orang yang bijaksana tersebut tidak akan langsung percaya melainkan mencari tahu KEBENARAN apakah benar demikian sampai ke akar-akarnya. Jadi, jelas agama Hindu mengajarkan kita untuk mencari kebenaran sampai ke akar-akarnya. Hal ini tidak dapat ditemukan dalam agama abrahamik karena agama-agama tersebut mengajarkan dogma, di mana anak-anak diajarkan untuk meyakini sepenuhnya pada ajaran agamanya tanpa boleh diragukan atau dipertanyakan. SUDAH MELIHAT PERBEDAAN ANTARA KEBENARAN DAN KEYAKINAN? Dewa Brahma saat mengajarkan Kalisantarana Upanisad pada Rsi Narada Sebuah pertanyaan lagi, apakah benar agama Hindu mengajarkan kita untuk mencari kebenaran? Nah, berikut ini adalah ajaran-ajaran untuk mencari kebenaran dalam agama Hindu di luar keyakinan semata: Pertama: 1. Saksi (ada saksi yang melihat) 2. Bukti (ada atau tidak bukti kejadian) 3. Ilikita (tertulis atau tidak) Kedua: 1. Sastratah (mempertimbangkan berdasarkan sumber tertulis/sastra) 2. Gurutah (mempertimbangkan menurut ajaran guru) 3. Swatah (mempertimbangkan pengalaman sendiri) Ketiga: 1. Agama (mempertimbangkan menurut ajaran agama) 2. Anumana (mempertimbangkan menurut pikiran sehat) 3. Pratyaksa (mempertimbangkan apa yang dilihat secara langsung) Keempat: 1. Wartamana (mempertimbangkan sesuai pengalaman dahulu) 2. Atita (mempertimbangkan keadaan sekarang) 3. Nagata (mempertimbangkan keadaan yang akan datang) Kelima: 1. Rasa (mempertimbangkan dengan perasaan) 2. Utsaha (mempertimbangkan atas prilakunya) 3. Lokika (mempertimbangkan dengan pikiran logis) Keenam: 1. Sabda (mempertimbangkan dengan memberi saran) 2. Bayu (mempertimbangkan dengan keyakinan yang kuat) 3. Idep (mempertimbangkan dengan pikiran sehat) Rsi Narada saat mengajarkan Bhagavata Purana atau Srimad Bhagavatam pada Rsi Vyasa Demikianlah bukti bahwa Hindu mengajarkan kita untuk mencari kebenaran, itulah inti ajaran dasar agama kita yaitu TATTWA. Jadi, jelaskan Veda tidak meminta kita hanya meyakininya begitu saja? Satu hal lagi, orang-orang non-Hindu sudah biasa mengatakan agama Hindu sebagai agama dongeng yang tidak masuk akal di mana kita melakukan sesuatu yang tidak ada nilai kebenaran atau logisnya. Pada bagian kelima di atas, kita menemukan kata lokika yang artinya berpikir logis. Mereka tidak sadar bahwa kata logic dan logika diserap dari bahasa Sanskerta dan memiliki pengertian yang sama. Nah, sudah tahu istilah logika berasal dari bahasa Sanskerta dari agama Hindu dengan pengertian yang sama, masihkah ingin mengatakan agama Hindu tidak logis? Nah, mulai sekarang, sudahilah mengatakan saya meyakini agama Hindu. Saya percaya dengan agama Hindu. Saya percaya dengan Sang Hyang Widhi atau apa sajalah yang berselimut dengan kata 'percaya' atau 'yakin'. Karena apa yang selama ini saya, Anda dan umat Hindu percayai bukan suatu keyakinan melainkan KEBENARAN. Simak sloka berikut: Bhagavad-gita 4.34 Cobalah mempelajari kebenaran dengan cara mendekati seorang guru kerohanian. Bertanya kepada beliau dengan tunduk hati dan mengabdikan diri kepada beliau. Orang yang sudah insaf akan dirinya dapat memberikan pengetahuan kepadamu karena mereka sudah melihat kebenaran itu. Jika, dalam benak Anda masih ada keraguan untuk beragama Hindu, mulai sekarang pertanyakanlah agama Hindu sampai puas. Tetapi, ada syarat utama yang tidak boleh dilupakan. Jangan bertanya pada orang sembarangan, seperti sloka di atas bertanyalah pada guru kerohanian yang bonafit yang telah diinisiasi melalui Sampradaya atau garis perguruan dalam mempelajari Veda. Karena syarat utama dalam mempelajari Veda dengan benar adalah belajar dengan mengikuti garis perguruan secara turun-temurun (Upanisad, duduk di dekat kaki guru). Datanglah ke asram-asram terdekat di tempat tinggal Anda. Niscaya Anda akan semakin kokoh untuk memeluk kebenaran ini. Mulai sekarang, katakanlah "saya telah memeluk kebenaran yang disebut agama Hindu". Dan, banggalah menjadi Hindu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BABAD PURA PUSEH PANJINGAN